cerpen "True Love For Princess Chocolate "
Seorang lelaki dengan kemeja abu-abu
dan setelan jeans, mengendarai motor sport hitam dengan kecepatan tinggi
melintasi jalanan yang lengang. Sesekali ia melirik arloji hitam ditangan
kirinya. 10 menit kemudian ia sampai di
depan sebuah rumah berwarna putih,rumah yang tidak terlalu besar namun asri. Terdapat berbagai jenis bunga
mawar yang tersusun rapi dalam pot berjajar di halaman depan rumah.
“assalamualaikum..” ucap lelaki
tersebut sembari mengetuk pintu.
“wa’alaikumsalam..Willy ?? Ayo masuk!”
ajak seorang wanita cantik berambut pendek di ambang pintu.
“iya, Fanny ada bu?”
"ada,
sebentar ibu panggilkan. Oh ya, mau minum apa?” Tanya wanita tersebut yang
ternyata Ibu Fanny
“tidak usah repot-repot,bu” jawab Willy
tersenyum.
“tunggu sebentar ya!”
Tak berapa lama, seorang gadis
berjalan menghampiri Willy. Rambut panjangnya tergerai, kulitnya putih, dan
tubuhnya tinggi semampai. Ia seorang gadis yang sangat manis.
“untuk apa kemari? Hari ini kan libur
kuliah?” Tanya gadis tersebut sembari mendudukkan tubuhnya di sofa.
“ahh, kau ini! Aku kan sahabatmu,
kenapa kau berkata seolah-olah aku sopirmu!” protes Willy.
“kau marah? Wajahmu terlihat imut saat
kau sedang marah” goda Fanny
"menyebalkan, padahal aku kemari
membawa coklat untukmu” Willy mengeluarkan coklat dari sakunya
“hmm, coklat.. sini untukku kan?” Fanny
berusaha meraih coklat dari tangan Willy, tapi Willy bersih keras enggan memberikan coklat tersebut. Hingga keduanya terjatuh di lantai.
“kau sangat cantik” batin Willy memandangi
wajah Fanny.
“ka..kau! singkirkan pikiran kotormu itu!”
ucap Fanny gugup.
Keduanya berdiri dan duduk kembali di sofa,
suasana berubah canggung. Willy mencairkan suasana dengan memberikan coklat
yang dipegangnya pada Fanny.
“ambilah!”
“terima kasih” ucap Fanny singkat.
Tiba- tiba handphone Fanny berdering, di
layar tertulis nama ‘kevin’
“halo, assalamualaikum..” sapa Fanny
“bertemu?Mm, cafe strawberry? Baiklah, aku ke
sana. Wa’alaikumsalam” Fanny menutup telponnya, ia melirik ke arah Willy yang
sedari tadi memperhatikannya.
“Kevin?” Tanya Willy.
“iya,
dia mengajakku bertemu di café Strawberry. Aku siap-siap dulu ya” ujar Fanny
dengan seulas senyum
“aku akan mengantarmu” ucap Willy menahan
lengan Fanny yang beranjak pergi.
“eh?”
Fanny menatap Willy sejenak, kemudian pergi ke kamar.
Fanny bingung dengan sifat Willy padanya. Sejak
ia memutuskan untuk berpacaran dengan Kevin 1 tahun yang lalu, Willy seolah
takut kehilangan dirinya. Entah takut kehilangan sebagai seorang sahabat atau ada
alasan lain. Memang sudah 15 tahun Willy dan Fanny bersahabat, keluarga mereka
juga dekat. Karena kedekatan mereka, banyak yang menganggap mereka pasangan
yang serasi.
Beberapa saat kemudian, Fanny keluar dengan
dress selutut berwarna pink dan flat
shoes putih tak
lupa ia menguncir sebagian rambutnya dengan pita berwarna pink pastel.
“ayo, berangkat!” ucap Fanny.
“haruskah kau berpakaian dan berdandan
secantik ini?” Tanya Willy yang tak berhenti memandangi Fanny dari atas hingga
bawah.
“memang kenapa? Aku mau bertemu pangeranku,
apa salahnya aku berdandan?”
“cihh, pangeran darimana?” protes Willy.
“sudah, kau mau mengantarku atau tidak?”
Setelah berpamitan dengan ibu, Fanny dan
Willy pergi ke café Strawberry. 15 menit kemudian mereka sampai di café.Kevin
tersenyum melihat Fanny, namun senyumnya tak bertahan lama setelah melihat
Willy yang ternyata ikut datang.
“maaf aku terlambat” ucap Fanny.
“dia ikut juga?” Tunjuk Kevin pada Willy.
“aku yang ingin ikut, ada masalah?” tanya
Willy.
Kevin menarikkan kursi untuk Fanny, dengan
sigap Willy duduk di samping Fanny. Kevin menatap Willy dengan sengit.
“selamat datang, mau pesan apa?”Tanya
pelayan.
“mm, saya cappucino saja. Fanny, mau apa?puding
coklat? Atau cake coklat kesukaanmu?” Tanya Kevin.
“dia tadi sudah makan coklat dariku, ice
cream coklat saja. Saya pesan mocha float satu” potong Willy.
“baiklah, tunggu sebentar ya” ucap pelayan.
“willy, haruskah kau berbicara seperti itu
pada Kevin?” protes Fanny.
“oh,iya ada sesuatu yang ingin kuberikan padamu”
Kevin menggenggam tangan Fanny, kemudian ia menyodorkan kotak biru berbalut
pita putih.
“apa ini?”
“bukalah!”pinta Kevin.
Fanny membuka kotak tersebut, ia terkejut
melihat benda di dalamnya yang ternyata sebuah kalung emas putih dengan liontin
berbentuk hati. Ada ukiran ‘Kenny’ pada liontinnya. Fanny tampak berkaca-kaca
melihat hadiah dari Kevin.
“itu sebagai tanda kalau kau dan aku terikat
dalam satu hati”ucap Kevin
Fanny menatap Kevin tanpa berbicara satu kata
pun.
“untuk apa kau memberikan hadiah seperti itu
pada Fanny?” Tanya Willy sinis.
“sebenarnya, hari ini aku berencana untuk
melamarnya. Tapi karena kau membuntutinya kemari, aku mengurungkan niatku. Aku
ingin melamarnnya saat kami hanya berdua” jawab Kevin memanasi Willy.
“apa kau masih ingin melamarnya, kalau tau
kami sering menghabiskan waktu bersama? Bahkan aku sering menginap di rumahnya”
celetuk Willy.
“kevin, bukan begitu. Memang benar kalau kami
sering bersama, tapi kalau soal menginap di rumahku itu dulu waktu kami masih
kecil” jelas Fanny.
“heheheh, aku akan tetap melamarnya” jawab
Kevin terkekeh.
“sini aku pakaikan” sambung Kevin.
Kevin memakaikan kalung yang ia berikan di
leher jenjang Fanny. Willy hanya menatapnya sinis, tangannya mengepal.
“manis sekali, kau terlihat semakin cantik!”
puji Kevin.
“terima kasih” ucap Fanny tersenyum.
“haruskah kau memakaikannya juga, hah?!”
Tanya Willy.
“kau ini kenapa? Marah-marah terus dari
tadi?” Tanya Fanny yang heran dengan sikap Willy.
Tanpa menghiraukan pertanyaan Fanny, Willy
langsung menarik Fanny untuk pulang. Fanny berusaha melepaskan genggaman tangan
Willy, namun Willy menggenggamnya dengan erat. Kevin yang melihatnya membuang
nafasnya kasar.
***
Semalaman Fanny tidak bisa tidur, ia memandangi
kalung pemberian Kevin dan memikirkan ucapan Kevin tadi siang. Di tempat lain,
Willy juga mengalami hal yang sama. Ia benar-benar tidak rela jika Kevin
melamar Fanny. Willy berjalan ke arah meja belajarnya, ia melihat album foto
yang berisi foto-foto dirinya bersama Fanny.
‘harusnya kau tau, cintaku lebih besar dari
cinta Kevin padamu. Kenapa kau tidak sadar juga’ gumam Willy.
Keesokan harinya di kampus..
“aku mecarimu dimana-mana ternyata kau di
sini. Ini aku bawakan makanan” ujar Fanny menghampiri Willy yang sedang duduk
di bawah pohon.
“aku tidak lapar” ucap Willy ketus.
“kau kenapa? Kau sakit? Matamu sembab
sepertinya kau kurang tidur?” Fanny menempelkan tangannya ke dahi Willy.
“singkirkan tanganmu dari dahiku!”
“Kenapa kau marah2 terus? seharusnya yang
berhak marah itu aku, karena sikapmu kemarin aku jadi tidak enak pada Kevin” ucap
Fanny sembari membuka kotak makanan yang dibawanya.
“apa kau tidak peduli dengan
perasaanku,hah?!” Willy menatap Fanny intens.
“perasaan?
kau cemburu?” Tanya Fanny.
“iya! Memang kenapa kalau aku cemburu?” ucap
Willy.
“bercandamu tidak lucu. Ahh, aku tau kau
cemburu karena aku sudah punya pacar sementara kau belum. Tenang saja, aku akan
mencarikan pacar untukmu” ucap Fanny.
“apa aku terlihat seperti sedang bercanda?
Apa ucapanku barusan hanya omong kosong bagimu?” Willy tidak bisa mengontrol
emosinya.
Fanny menatap Willy, ia sadar bahwa Willy
sedang serius dan tidak bercanda sekarang. Ia meletakkan kotak makanan yg
dibawanya dan menatap wajah Willy.
“kau tau aku harus menanggung perasaan
bersalah, karena teryata aku mencintai sahabatku sendiri? Apa kau juga tau,
bagaimana rasanya mencintai seseorang yang selalu berada di dekat kita tanpa
bisa memilikinya? Kenapa kau tidak mengerti juga” ujar Willy frustasi.
“Willy..”
“pergi! Mulai sekarang jauhi aku” Willy pergi
dan meninggalkan Fanny yang masih shock sendiri.
‘willy, kenapa kau mempersulit posisi ku?’
gumam Fanny.
Sudah 3 minggu ini setelah kejadian tersebut,
Willy menghindari Fanny dan tidak mau bertemu dengan Fanny. Fanny sangat sedih
melihat sikap Willy padanya. Ia merasa kehilangan seseorang yang selalu mengisi
hari2nya. Ia merindukan Willy lebih daripada merindukan Kevin pacarnya sendiri.
Apakah itu artinya ia lebih mencintai Willy daripada Kevin?.
Pagi hari di rumah Fanny..
“Fann, sudah lama Willy tidak datang ke
rumah. Apa kalian bertengkar?” Tanya ibu.
“iya, ayah ingin bermain catur lagi
dengannya” sambung ayah.
Fanny hanya diam, jujur dalam hatinya ia juga
sangat merindukan Willy.
“ahh, Fanny sudah terlambat. Fanny berangkat
ke kampus dulu, dah ayah, ibu. Assalamualaikum”
“wa’alaikumsalam, hati2” jawab ibu dan ayah
bersamaan.
Fanny menyusuri koridor kampus, berharap
dapat bertemu Willy. Ia juga pergi ke perpustakaan, ke taman tempat favorit
Willy. Tapi usahanya sia2, ia tidak menemukan Willy dimana-mana. Sementara di
tempat lain, Willy sedang asyik membaca novel di bawah pohon di halaman kampus.
Kevin yang melihat Willy, berjalan menghampirinya.
“ada sesuatu yang ingin aku bicarakan
denganmu”ucap Kevin.
“ada apa?” Tanya Willy sembari menutup novel
yang dipegangnya.
“jauhi Fanny!” jawab Kevin tegas.
“apa hakmu menyuruhku menjauhi Fanny?” Tanya
Willy bangkit dari duduknya.
“aku pacarnya, dan kau harus memahami
posisimu sebagai sahabat. Aku tidak mau kau merebutnya dariku. Because she is my girl so don’t touch her,
understand?”
“kalau aku mencintainya dan tak mau
menjauhinya, kau mau apa?” tantang Willy.
“beraninya kau..” Kevin menarik kerah baju
Willy, tangannya mengepal hendak memukul wajah Willy.
Fanny yang melihat kerumunan mahasiswa di halaman
kampus, memutuskan untuk melihat apa yang terjadi. Betapa terkejutnya ketika ia
melihat dua orang yang dekat dengannya hendak berkelahi.
“berhenti!”teriak Fanny.
“Fanny..” ucap Willy dan Kevin bersamaan ke
arah sumber suara.
“kalian bukan anak kecil lagi, kenapa
berkelahi di kampus? Kalian lupa kalau aku paling benci dengan kekerasan” perlahan bulir bening menetes dari matanya, ia merasa bersalah karena ia tau penyebab ini semua adalah dirinya.
***
Hari sabtu yang cerah, tapi tak secerah
perasaan Fanny. Hari ini kuliah libur, Fanny memutuskan pergi ke toko coklat
langganannya. Ia berharap dengan memakan coklat perasaannya bisa lebih baik.
Sesampainya di took coklat..
“hmm, I
like chocolate” ujar Fanny yang
melihat deretan coklat di etalase took.
“selamat datang, anda mau pesan apa? kami ada
resep coklat terbaru, anda mau mencicipinya?” tawar pelayan.
“mm, boleh saya pesan 1. Saya juga mau cake
coklat yang itu 2, di bungkus ya”
“baiklah, tunggu sebentar”
Setelah selesai membeli coklat, fanny jalan2
di taman kota.Ia duduk di bangku taman tempat biasanya menghabiskan waktu
bersama Willy. Di sini ia mengingat kembali kebersamaannya dengan Willy, ia
benar2 merindukannya. Ketika sedang asyik menikmati pemandangan sambil memakan
cake coklat yang ia beli, tiba2 dari belakang seseorang mengulurkan coklat pada
Fanny. Fanny yang terkejut seketika menoleh ke arah uluran tangan tersebut.
“Will.., Kevin? Untuk apa kau kemari?”
“maaf
soal kemarin, aku terbawa emosi. Hmm,Sudah 1th kita bersama entah kenapa aku merasa tidak berarti
bagimu jika dibandingkan dengan Willy. Bahkan, kalau di pikir2 kau tidak pernah
bilang I Love You padaku. Apa kau
benar2 menyukaiku?” Kevin mendudukkan tubuhnya di samping Fanny.
“kalau aku tidak menyukaimu, untuk apa aku
bersamamu selama 1th?”
“apa ucapanmu ikhlas? Apa itu datang dari
hatimu? Aku tidak mau menerima pemberian karena terpaksa” ucap Kevin menatap
wajah Fanny.
“kenapa bicara seperti itu?”
“kalau memang kau menyukaiku, katakan I Love You padaku”pinta Kevin.
“aku..”
“aku memang menyukaimu, sangat menyukaimu.
Tapi aku tidak mau semua berjalan karena terpaksa. Jujur, aku tidak mau
kehilanganmu, tapi jika kau lebih bahagia bersamanya kau boleh bersamanya
dengan 1 syarat”
“syarat?”
“berbahagialah dan biarkan aku tetap
menyukaimu” ujar Kevin
“tapi kevin..”
“I Love You. Tolong simpan kalung pemberianku
ini, anggaplah sebagai kenang2an” ucap Kevin memeluk Fanny.
Fanny merasa seperti orang jahat yang
menyakiti 2 orang lelaki yang sangat mencintainya. Fanny berjalan lesu menuju
rumahnya, setibanya di depan rumah ia melihat motor sport hitam milik Willy
terparkir di halaman.
“assalamualaikum..”
“wa’alaikumsalam, kau sudah pulang sayang.
Willy mencarimu, dia ada di halaman belakang bersama ayah” ucap ibu.
Fanny berjalan menuju halaman belakang..
“Fanny, Willy sudah menunggumu dari tadi. Kalian
bicaralah, ayah masuk dulu..” ujar ayah yang melihat kedatangan Fanny.
“aku
merindukanmu, menghindarimu selama 3 minggu terasa sangat lama bagiku” ujar
Willy menghampiri Fanny dan memeluknya.
“Aku merasa seperti orang jahat yang tidak
punya perasaan dan seenaknya sendiri mempermainkan hati orang lain” Fanny
melepaskan pelukan Willy.
“tadi aku bertemu Kevin,ia menyuruhku untuk bahagia
bersamamu. Katanya dia tidak mau aku terus bersamanya karena terpaksa” sambung
Fanny.
“lalu bagaiman perasaanmu padaku?” Tanya
Willy.
Fanny tidak menjawab pertanyaan Willy, ia
hanya diam menatap wajah Willy. Tiba2 Willy mendekatkan wajahnya ke wajah Fanny,
terdengar jantung Fanny berdegup kencang.
“a..apa yang kau lakukan?” ucap Fanny gugup.
“aku sedang memastikan perasaanmu padaku?
Sepertinya kau memang menyukaiku, kalau tidak bagaimana mungkin detak jantungmu
sekeras itu” goda Willy.
“aku… aku mencintaimu!” ucap fanny
“aku juga sangat sangat sangat mencintaimu. I
love you..” ucap Willy bahagia dan langsung memeluk Fanny.
“apa begitu berartinya aku, sampai kau
sebahagia ini?” Tanya Fanny polos.
“kau sangat berarti, princess chocolate-ku”
Willy melepas pelukannya dan tersenyum.
“princess chocolate?” Tanya Fanny bingung.
“iya, kau princess chocolate-ku. Gadis secantik
tuan putri yang sangat menggilai coklat”
“kalau begitu kau prince chocolate-ku”
Ibu dan ayah Fanny melihat keduanya dari
balik jendela, mereka tersenyum melihat kebahagiaan anaknya. Takdir
mempersatukan Cinta Willy pada Fanny yang hampir saja bertepuk sebelah tangan. Perhatian
dan ketulusan Willy membuat Fanny sadar bahwa sebenarnya ia lebih mencintai
Willy dibanding Kevin. Dan hatinya meyakinkannya bahwa Willy adalah pangeran
sejatinya.