I made this widget at MyFlashFetish.com.

Selasa, 07 Januari 2014

Cerpen



         


 cerpen "True Love For Princess Chocolate "

 Seorang lelaki dengan kemeja abu-abu dan setelan jeans, mengendarai motor sport hitam dengan kecepatan tinggi melintasi jalanan yang lengang. Sesekali ia melirik arloji hitam ditangan kirinya. 10 menit kemudian  ia sampai di depan sebuah rumah berwarna putih,rumah yang tidak terlalu besar   namun asri. Terdapat berbagai jenis bunga mawar yang tersusun rapi dalam pot berjajar di halaman depan rumah.
         “assalamualaikum..” ucap lelaki tersebut sembari mengetuk pintu.
      “wa’alaikumsalam..Willy ?? Ayo masuk!” ajak seorang wanita cantik berambut pendek di ambang pintu.
          “iya, Fanny ada bu?”
         "ada, sebentar ibu panggilkan. Oh ya, mau minum apa?” Tanya wanita tersebut yang ternyata Ibu Fanny
          “tidak usah repot-repot,bu” jawab Willy tersenyum.
          “tunggu sebentar ya!”
          Tak berapa lama, seorang gadis berjalan menghampiri Willy. Rambut panjangnya tergerai, kulitnya putih, dan tubuhnya tinggi semampai. Ia seorang gadis yang sangat manis.
          “untuk apa kemari? Hari ini kan libur kuliah?” Tanya gadis tersebut sembari mendudukkan tubuhnya di sofa.
          “ahh, kau ini! Aku kan sahabatmu, kenapa kau berkata seolah-olah aku sopirmu!” protes Willy.
             “kau marah? Wajahmu terlihat imut saat kau sedang marah” goda Fanny
     "menyebalkan, padahal aku kemari membawa coklat untukmu” Willy mengeluarkan coklat dari sakunya 
   “hmm, coklat.. sini untukku kan?” Fanny berusaha meraih coklat dari tangan Willy, tapi Willy  bersih keras enggan memberikan coklat  tersebut. Hingga keduanya terjatuh di lantai.
 “kau sangat cantik” batin Willy memandangi wajah Fanny.
“ka..kau! singkirkan pikiran kotormu itu!” ucap Fanny gugup.
Keduanya berdiri dan duduk kembali di sofa, suasana berubah canggung. Willy mencairkan suasana dengan memberikan coklat yang dipegangnya pada Fanny.
“ambilah!”
“terima kasih” ucap Fanny singkat.
Tiba- tiba handphone Fanny berdering, di layar tertulis nama ‘kevin’
“halo, assalamualaikum..” sapa Fanny
“bertemu?Mm, cafe strawberry? Baiklah, aku ke sana. Wa’alaikumsalam” Fanny menutup telponnya, ia melirik ke arah Willy yang sedari tadi memperhatikannya.
“Kevin?” Tanya Willy.
 “iya, dia mengajakku bertemu di café Strawberry. Aku siap-siap dulu ya” ujar Fanny dengan seulas senyum
“aku akan mengantarmu” ucap Willy menahan lengan Fanny yang beranjak pergi.
 “eh?” Fanny menatap Willy sejenak, kemudian pergi ke kamar.
Fanny bingung dengan sifat Willy padanya. Sejak ia memutuskan untuk berpacaran dengan Kevin 1 tahun yang lalu, Willy seolah takut kehilangan dirinya. Entah takut kehilangan sebagai seorang sahabat atau ada alasan lain. Memang sudah 15 tahun Willy dan Fanny bersahabat, keluarga mereka juga dekat. Karena kedekatan mereka, banyak yang menganggap mereka pasangan yang serasi.
Beberapa saat kemudian, Fanny keluar dengan dress selutut berwarna pink dan flat shoes putih  tak  lupa ia menguncir sebagian rambutnya dengan pita berwarna pink pastel.
“ayo, berangkat!” ucap Fanny.
“haruskah kau berpakaian dan berdandan secantik ini?” Tanya Willy yang tak berhenti memandangi Fanny dari atas hingga bawah.
“memang kenapa? Aku mau bertemu pangeranku, apa salahnya aku berdandan?”
“cihh, pangeran darimana?” protes Willy.
“sudah, kau mau mengantarku atau tidak?”
Setelah berpamitan dengan ibu, Fanny dan Willy pergi ke café Strawberry. 15 menit kemudian mereka sampai di café.Kevin tersenyum melihat Fanny, namun senyumnya tak bertahan lama setelah melihat Willy yang ternyata ikut datang.
“maaf aku terlambat” ucap Fanny.
“dia ikut juga?” Tunjuk Kevin pada Willy.
“aku yang ingin ikut, ada masalah?” tanya Willy.
Kevin menarikkan kursi untuk Fanny, dengan sigap Willy duduk di samping Fanny. Kevin menatap Willy dengan sengit.
“selamat datang, mau pesan apa?”Tanya pelayan.
“mm, saya cappucino saja. Fanny, mau apa?puding coklat? Atau cake coklat kesukaanmu?” Tanya Kevin.
“dia tadi sudah makan coklat dariku, ice cream coklat saja. Saya pesan mocha float satu” potong Willy.
“baiklah, tunggu sebentar ya” ucap pelayan.
“willy, haruskah kau berbicara seperti itu pada Kevin?” protes Fanny.
“oh,iya ada sesuatu yang ingin kuberikan padamu” Kevin menggenggam tangan Fanny, kemudian ia menyodorkan kotak biru berbalut pita putih.
“apa ini?”
“bukalah!”pinta Kevin.
Fanny membuka kotak tersebut, ia terkejut melihat benda di dalamnya yang ternyata sebuah kalung emas putih dengan liontin berbentuk hati. Ada ukiran ‘Kenny’ pada liontinnya. Fanny tampak berkaca-kaca melihat hadiah dari Kevin.
“itu sebagai tanda kalau kau dan aku terikat dalam satu hati”ucap Kevin
Fanny menatap Kevin tanpa berbicara satu kata pun.
“untuk apa kau memberikan hadiah seperti itu pada Fanny?” Tanya Willy sinis.
“sebenarnya, hari ini aku berencana untuk melamarnya. Tapi karena kau membuntutinya kemari, aku mengurungkan niatku. Aku ingin melamarnnya saat kami hanya berdua” jawab Kevin memanasi Willy.
“apa kau masih ingin melamarnya, kalau tau kami sering menghabiskan waktu bersama? Bahkan aku sering menginap di rumahnya” celetuk Willy.
“kevin, bukan begitu. Memang benar kalau kami sering bersama, tapi kalau soal menginap di rumahku itu dulu waktu kami masih kecil” jelas Fanny.
“heheheh, aku akan tetap melamarnya” jawab Kevin terkekeh.
“sini aku pakaikan” sambung Kevin.
Kevin memakaikan kalung yang ia berikan di leher jenjang Fanny. Willy hanya menatapnya sinis, tangannya mengepal.
“manis sekali, kau terlihat semakin cantik!” puji Kevin.
“terima kasih” ucap Fanny tersenyum.
“haruskah kau memakaikannya juga, hah?!” Tanya Willy.
“kau ini kenapa? Marah-marah terus dari tadi?” Tanya Fanny yang heran dengan sikap Willy.
Tanpa menghiraukan pertanyaan Fanny, Willy langsung menarik Fanny untuk pulang. Fanny berusaha melepaskan genggaman tangan Willy, namun Willy menggenggamnya dengan erat. Kevin yang melihatnya membuang nafasnya kasar.
***
Semalaman Fanny tidak bisa tidur, ia memandangi kalung pemberian Kevin dan memikirkan ucapan Kevin tadi siang. Di tempat lain, Willy juga mengalami hal yang sama. Ia benar-benar tidak rela jika Kevin melamar Fanny. Willy berjalan ke arah meja belajarnya, ia melihat album foto yang berisi foto-foto dirinya bersama Fanny.
‘harusnya kau tau, cintaku lebih besar dari cinta Kevin padamu. Kenapa kau tidak sadar juga’ gumam Willy.
Keesokan harinya di kampus..
“aku mecarimu dimana-mana ternyata kau di sini. Ini aku bawakan makanan” ujar Fanny menghampiri Willy yang sedang duduk di bawah pohon.
“aku tidak lapar” ucap Willy ketus.
“kau kenapa? Kau sakit? Matamu sembab sepertinya kau kurang tidur?” Fanny menempelkan tangannya ke dahi Willy.
“singkirkan tanganmu dari dahiku!”
“Kenapa kau marah2 terus? seharusnya yang berhak marah itu aku, karena sikapmu kemarin aku jadi tidak enak pada Kevin” ucap Fanny sembari membuka kotak makanan yang dibawanya.
“apa kau tidak peduli dengan perasaanku,hah?!” Willy menatap Fanny intens.
 “perasaan? kau cemburu?” Tanya Fanny.
“iya! Memang kenapa kalau aku cemburu?” ucap Willy.
“bercandamu tidak lucu. Ahh, aku tau kau cemburu karena aku sudah punya pacar sementara kau belum. Tenang saja, aku akan mencarikan pacar untukmu” ucap Fanny.
“apa aku terlihat seperti sedang bercanda? Apa ucapanku barusan hanya omong kosong bagimu?” Willy tidak bisa mengontrol emosinya.
Fanny menatap Willy, ia sadar bahwa Willy sedang serius dan tidak bercanda sekarang. Ia meletakkan kotak makanan yg dibawanya dan menatap wajah Willy.
“kau tau aku harus menanggung perasaan bersalah, karena teryata aku mencintai sahabatku sendiri? Apa kau juga tau, bagaimana rasanya mencintai seseorang yang selalu berada di dekat kita tanpa bisa memilikinya? Kenapa kau tidak mengerti juga” ujar Willy frustasi.
“Willy..”
“pergi! Mulai sekarang jauhi aku” Willy pergi dan meninggalkan Fanny yang masih shock sendiri.
‘willy, kenapa kau mempersulit posisi ku?’ gumam Fanny.
Sudah 3 minggu ini setelah kejadian tersebut, Willy menghindari Fanny dan tidak mau bertemu dengan Fanny. Fanny sangat sedih melihat sikap Willy padanya. Ia merasa kehilangan seseorang yang selalu mengisi hari2nya. Ia merindukan Willy lebih daripada merindukan Kevin pacarnya sendiri. Apakah itu artinya ia lebih mencintai Willy daripada Kevin?.
          Pagi hari di rumah Fanny..
“Fann, sudah lama Willy tidak datang ke rumah. Apa kalian bertengkar?” Tanya ibu.
“iya, ayah ingin bermain catur lagi dengannya” sambung ayah.
Fanny hanya diam, jujur dalam hatinya ia juga sangat merindukan Willy.
“ahh, Fanny sudah terlambat. Fanny berangkat ke kampus dulu, dah ayah, ibu. Assalamualaikum”
“wa’alaikumsalam, hati2” jawab ibu dan ayah bersamaan.
Fanny menyusuri koridor kampus, berharap dapat bertemu Willy. Ia juga pergi ke perpustakaan, ke taman tempat favorit Willy. Tapi usahanya sia2, ia tidak menemukan Willy dimana-mana. Sementara di tempat lain, Willy sedang asyik membaca novel di bawah pohon di halaman kampus. Kevin yang melihat Willy, berjalan menghampirinya.
“ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu”ucap Kevin.
“ada apa?” Tanya Willy sembari menutup novel yang dipegangnya.
“jauhi Fanny!” jawab Kevin tegas.
“apa hakmu menyuruhku menjauhi Fanny?” Tanya Willy bangkit dari duduknya.
“aku pacarnya, dan kau harus memahami posisimu sebagai sahabat. Aku tidak mau kau merebutnya dariku. Because she is my girl so don’t touch her, understand?”
“kalau aku mencintainya dan tak mau menjauhinya, kau mau apa?” tantang Willy.
“beraninya kau..” Kevin menarik kerah baju Willy, tangannya mengepal hendak memukul wajah Willy.
Fanny yang melihat kerumunan mahasiswa di halaman kampus, memutuskan untuk melihat apa yang terjadi. Betapa terkejutnya ketika ia melihat dua orang yang dekat dengannya hendak berkelahi.
“berhenti!”teriak Fanny.
“Fanny..” ucap Willy dan Kevin bersamaan ke arah sumber suara.
“kalian bukan anak kecil lagi, kenapa berkelahi di kampus? Kalian lupa kalau aku paling benci dengan kekerasan” perlahan bulir bening menetes dari matanya, ia merasa bersalah karena ia tau penyebab ini semua adalah dirinya.
***
Hari sabtu yang cerah, tapi tak secerah perasaan Fanny. Hari ini kuliah libur, Fanny memutuskan pergi ke toko coklat langganannya. Ia berharap dengan memakan coklat perasaannya bisa lebih baik. Sesampainya di took coklat..
“hmm, I like chocolate” ujar Fanny yang melihat deretan coklat di etalase took.
“selamat datang, anda mau pesan apa? kami ada resep coklat terbaru, anda mau mencicipinya?” tawar pelayan.
“mm, boleh saya pesan 1. Saya juga mau cake coklat yang itu 2, di bungkus ya”
“baiklah, tunggu sebentar”
Setelah selesai membeli coklat, fanny jalan2 di taman kota.Ia duduk di bangku taman tempat biasanya menghabiskan waktu bersama Willy. Di sini ia mengingat kembali kebersamaannya dengan Willy, ia benar2 merindukannya. Ketika sedang asyik menikmati pemandangan sambil memakan cake coklat yang ia beli, tiba2 dari belakang seseorang mengulurkan coklat pada Fanny. Fanny yang terkejut seketika menoleh ke arah uluran tangan tersebut.
“Will.., Kevin? Untuk apa kau kemari?”
 “maaf soal kemarin, aku terbawa emosi. Hmm,Sudah 1th kita bersama  entah kenapa aku merasa tidak berarti bagimu jika dibandingkan dengan Willy. Bahkan, kalau di pikir2 kau tidak pernah bilang I Love You padaku. Apa kau benar2 menyukaiku?” Kevin mendudukkan tubuhnya di samping Fanny.
“kalau aku tidak menyukaimu, untuk apa aku bersamamu selama 1th?”
“apa ucapanmu ikhlas? Apa itu datang dari hatimu? Aku tidak mau menerima pemberian karena terpaksa” ucap Kevin menatap wajah Fanny.
“kenapa bicara seperti itu?”
“kalau memang kau menyukaiku, katakan I Love You padaku”pinta Kevin.
“aku..”
“aku memang menyukaimu, sangat menyukaimu. Tapi aku tidak mau semua berjalan karena terpaksa. Jujur, aku tidak mau kehilanganmu, tapi jika kau lebih bahagia bersamanya kau boleh bersamanya dengan 1 syarat”
“syarat?”
“berbahagialah dan biarkan aku tetap menyukaimu” ujar Kevin
“tapi kevin..”
“I Love You. Tolong simpan kalung pemberianku ini, anggaplah sebagai kenang2an” ucap Kevin memeluk Fanny.
Fanny merasa seperti orang jahat yang menyakiti 2 orang lelaki yang sangat mencintainya. Fanny berjalan lesu menuju rumahnya, setibanya di depan rumah ia melihat motor sport hitam milik Willy terparkir di halaman.
“assalamualaikum..”
“wa’alaikumsalam, kau sudah pulang sayang. Willy mencarimu, dia ada di halaman belakang bersama ayah” ucap ibu.
Fanny berjalan menuju halaman belakang..
 “Fanny, Willy sudah menunggumu dari tadi. Kalian bicaralah, ayah masuk dulu..” ujar ayah yang melihat kedatangan Fanny.
 “aku merindukanmu, menghindarimu selama 3 minggu terasa sangat lama bagiku” ujar Willy menghampiri Fanny dan memeluknya.
“Aku merasa seperti orang jahat yang tidak punya perasaan dan seenaknya sendiri mempermainkan hati orang lain” Fanny melepaskan pelukan Willy.
“tadi aku bertemu Kevin,ia menyuruhku untuk bahagia bersamamu. Katanya dia tidak mau aku terus bersamanya karena terpaksa” sambung Fanny.
“lalu bagaiman perasaanmu padaku?” Tanya Willy.
Fanny tidak menjawab pertanyaan Willy, ia hanya diam menatap wajah Willy. Tiba2 Willy mendekatkan wajahnya ke wajah Fanny, terdengar jantung Fanny berdegup kencang.
“a..apa yang kau lakukan?” ucap Fanny gugup.
“aku sedang memastikan perasaanmu padaku? Sepertinya kau memang menyukaiku, kalau tidak bagaimana mungkin detak jantungmu sekeras itu” goda Willy.
“aku… aku mencintaimu!” ucap fanny
“aku juga sangat sangat sangat mencintaimu. I love you..” ucap Willy bahagia dan langsung memeluk Fanny.
“apa begitu berartinya aku, sampai kau sebahagia ini?” Tanya Fanny polos.
“kau sangat berarti, princess chocolate-ku” Willy melepas pelukannya dan tersenyum.
“princess chocolate?” Tanya Fanny bingung.
“iya, kau princess chocolate-ku. Gadis secantik tuan putri yang sangat menggilai coklat”
“kalau begitu kau prince chocolate-ku”

Ibu dan ayah Fanny melihat keduanya dari balik jendela, mereka tersenyum melihat kebahagiaan anaknya. Takdir mempersatukan Cinta Willy pada Fanny yang hampir saja bertepuk sebelah tangan. Perhatian dan ketulusan Willy membuat Fanny sadar bahwa sebenarnya ia lebih mencintai Willy dibanding Kevin. Dan hatinya meyakinkannya bahwa Willy adalah pangeran sejatinya.